Dalam transaksi berjalan di Indonesia berlangsung
sejak lama dan kecenderungannya dari tahun ke tahun , angka ini merupakan muara
dari inefisiensi sehingga seluruh sendi perekonomian nasional
dan soal strategi
kebijakan yang distroksi maka strategi kebijakan merupakan faktor-faktor yang
menghambat efisiensi. Inilah yang kemudian menjadikan deficit anggaran yang
yang tidak menentu maka transaksi berjalan mengalami tekanan-tekanan dan
diplotisasi sebagai akibat-akibatnya tekanan terhadap rupiah melemah. Semakin
menguatnya nilai rupiah manakala beban pembayaran terhadap kewajiban perusahaan
jasa –jasa dan tidak diperhitungkan oleh Badan Usaha Milik Negara, jasa-jasa
tersebut adalah orang asing tetapi semakin besar pengaruhnya terhadap ekonomi
nasional maka selama ini defisit transaksi berjalan ditambah dengan arus modal
masuk yang cukup besar yang di motori oleh IMF.
Modal asing yang cukup besar baik dalam bentuk
investasi langsung maupun investasi portofolio maka dengan adanya penopang atau
tambahan tersebut pemerintah seolah-olah tidak menghawatirkan keadaan kritis
dari sistem ekonomi Indonesia. Setelah krisis kepercayaan terjadi maka arus
modal masuk menjadi terhambat bahkan lari sama sekali maka deposit yang besar
tidak bisa lagi ditopang oleh arus modal masuk dari luar negeri tadi
karena adanya krisis kepercayaan dari para investor. Disamping tentunya tidak
hendak menanggung kerugian lebih jauh akibat tidak kepastian ekonomi Indonesia
defisit transaksi berjalan mempunyai sebab-sebab pada 2 hierarki.
1.
Adalah
defisit pada perdagangan non migas maka neraca perdagangan secara keseluruhan
ditunjang oleh migas dan non migas mengalami surflus tetapi kecenderungannya
semakin kecil dari tahun ke tahun itu berarti bahwa semakin kecilnya kemampuan
ekonomi Indonesia untuk membayar kewajiban-kewajiban yang lain sementara itu
jika migas alam dikeluarkan dari neraca perdagangan karena komoditas ini lebih
merupakan cerminan kekuatan industrialisasi maka neraca tersebut sebenarnya
defisit ekonomi Indonesia adalah sistem yang boros. Devisa konglomerat yang
berkembang selama ini. Prof. Dr. Rizal Ramli membuat gebrakan baru (menyangkut
pelabuhan tanjung priuk) sangat berorientasi kedalam dan memberantas melalui
praktek monopoli integrasi vertical dan praktek kartel, beliau berpendapat
bahwa praktek seperti ini memungkinkan penguasaan pasar di dalam negeri
yang sangat besar dominasi bahkan mutlak sementara itu operasionalisasi
perusahaan asing cenderung menginfeterisasi devisa karena bahan bakunya diinfor
dalam jumlah besar sebagai contoh yang konkrit adalah industry tepung terigu
yang berhasil menguasai dan monopoli pasar secara mutlak. Indonesia yang tidak
mempunyai satu batang pohon gandum ternyata sukses menjadi salah satu konsumen
gandum yang tergolong paling besar di dunia dengan pabrik yang paling mahal
harganya. Devisa yang sangat besar ini terjadi karena distribusi harga yang
disubsidi sehingga menyingkirkan produk substatusnya artinya distribusi ini
sama halnya dengan menyingkirkan pelaku ekonomi rakyat yang telah sejak lama
bekerja di sektor industry makanan
2.
Devisit
transaksi berjalan terjadi karena kewajiban terhadap jasa-jasa perdagangan
internasional yang sangat besar. Jasa-jasa tersebut diantaranya adalah
jasa-jasa keuangan perbankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar