Ada pertanyaan penting yang harus di jawab dalam masa
transisi politik sekarang ini dalam kaitannya dengan proses pemulihan ekonomi
Indonesia yang cenderung terhambat oleh fluktuasi politik.
Apakah ekonomi khususnya pasar keuangan dan nilai tukar akan
selalu menjadi korban dari ketidakpastian politik di negara kita termasuk
korban dari dampak issu tidak jelas dengan adanya kasus-kasus tertentu pada
proyek-proyek besar.
Yang tidak terkait langsung dengan pasar market struktural.
Pada awalnya kasus-kasus tersebut mulai kasus bank bali, bank century yang
ditunggangi oleh masalah politik yang memang harus diwanti-wanti munculnya
jejak pendapat atau bahkan isu-isu tertentu telah membuat pasar valuta asing
maka rupiah bergejolak menurun secara drastic tanpa sebab-sebab perubahan
gejolak pada faktor ekonomi maka sebagai faktor akibatnya perekonomian dan
pebisnis pada umumnya semakin memburuk dan terpuruk dan pelaku-pelaku baru
enggan masuk kedalamnya. Hubungan sebab-akibat antara politik dan ekonomi
begitu intensif sehingga memunculkan beberapa persoalan-persoalan dan berdampak
negatif nilai rupiah berubah naik atau turun menjadi teka-teki dan spekulasi muncul
dari pemain valas bahwa terhadap pelaku ekonomi, pemain valas yang
kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi tidak lagi layak dan nyata bahkan
justrub negatif sistem keuangan global kemudian menyimpang benalu yang dianggap
sebagai bagian yang merugikan satu pihak tetapi pihak tertentu lainnya justru
mendapat keuntungan yang lebih besar tetapi persoalan persidangan MPR yang
transfaran dengan berbagai kejutan tersebut nampak memberikan signal-signal
positif. Kejutan tersebut terhadap pasar global kita tidak perlu terpercaya
100% terhadap pasar global. Tetapi tanggapan dan penyesuaian serta sensitifitas
para politisi dan pengambil keputusan sangat penting untuk ditingkatkan agar
gejolak-gejolak sosial politik dapat dikurangi jika tidak bisa dihindari sama
sekali dengan sistem dan mekanisme tindakan kolektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar